Netanyahu Kecam AS Karena Menahan Pengiriman Senjata untuk Israel

- 19 Juni 2024, 08:12 WIB
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. /Pikiran Rakyat

INDEKSBABEL.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengkritik pemerintahan Presiden AS Joe Biden karena menahan pengiriman senjata untuk Israel dalam beberapa bulan terakhir saat negara itu melancarkan perangnya di Gaza.

Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan video pada hari Selasa bahwa "tidak masuk akal" bahwa Amerika Serikat telah "menahan senjata dan amunisi untuk Israel" dalam beberapa bulan terakhir.

"Menteri Luar Negeri Antony Blinken meyakinkan saya bahwa pemerintahan bekerja siang dan malam untuk menghilangkan hambatan ini. Saya tentu berharap demikian. Seharusnya demikian," kata Netanyahu, merujuk pada pembicaraan yang diadakan diplomat tinggi AS di negara itu minggu lalu.

Washington memberikan bantuan militer sebesar $3,8 miliar kepada Israel setiap tahunnya, dan pada bulan April, Biden menandatangani undang-undang yang memberikan sekutu AS tersebut bantuan tambahan sebesar $17 miliar di tengah perang Israel di Gaza.

Biden dan para pembantu utamanya sering menekankan komitmen mereka terhadap Israel, tetapi Washington mengonfirmasi bulan lalu menahan satu pengiriman bom seberat 900 kg (2.000 pon) ke militer Israel karena kekhawatiran tentang korban sipil dalam serangan Israel di Rafah di Gaza selatan.

Sejak itu, pemerintahan Biden telah mengesahkan penjualan senjata lebih lanjut ke Israel, menurut laporan media AS, termasuk paket senilai $1 miliar bulan lalu.

The Washington Post juga melaporkan pada hari Senin bahwa pemerintahan Biden menekan anggota parlemen Demokrat untuk menyetujui penjualan 50 jet tempur F-15 senilai $18 miliar ke Israel.

Berbicara kepada wartawan pada hari Selasa, Blinken menekankan bahwa AS berkomitmen terhadap keamanan Israel dan terus memindahkan transfer senjata ke Israel melalui sistemnya secara "berkala". Namun dia mengatakan penahanan bom berat tetap berlaku.

"Kami, seperti yang Anda ketahui, terus meninjau satu pengiriman yang telah dibicarakan Presiden Biden terkait bom seberat 2.000 pon karena kekhawatiran kami tentang penggunaannya di daerah padat penduduk seperti Rafah," kata Blinken.

Halaman:

Editor: Marcus Crisinus Tedja Pramana

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah